MENYELAMI SASTRA KLASIK JEPANG LEWAT KUMPULAN CERPEN "LUKISAN NERAKA" KARYA RYUNOSUKE AKUTAGAWA
Judul :
Lukisan Neraka
Penulis : Ryunosuke Akutagawa
Penerbit : Kansha Publishing
Halaman : 200 halaman
Terbitan : Mei 2013
Genre : Sastra Klasik, kumpulan cerpen
Lukisan
neraka menceritakan tentang seorang pelukis ternama bernama Yoshihide. Ia seorang
pelukis besar yang sering mengabaikan nilai-nilai moral kemanusiaan. Karya
lukisannya selalu menjadi kontroversi, beda daripada yang lain. Tingkah laku
dan ucapan Yoshihide sering membuat orang marah bahkan benci padanya. Ia selalu
memakai pakaian lusuh kemanapun. Ia seolah memiliki gangguan psikologi layaknya
psikopat. Sifatnya aneh dan senang melihat orang lain kesakitan.
Suatu saat seorang Pangeran
memintanya untuk melukis neraka di salah satu pintu penyekat istana. Saat itu
Yoshihide mengajukan syarat kepada Pangeran, “Mohon Tuan bersedia membakar
kereta yang berisi wanita bangsawan untuk saya saksikan...”
Pada bagian klimaks, saat sang
Pangeran memenuhi persyaratan Yoshihide, ternyata bangsawan yang ada di dalam
kereta itu adalah putri Yoshide sendiri yang dijadikan sampel. Namun dengan
ketidakwarasan Yoshihide ia membiarkan putrinya terbakar dalam kereta. Ia tetap
saja melukis dengan mimik terpesona. Pemandangan kebakaran itu seperti menjadi
inspirasi baginya. Namun pada akhir cerita, Yoshihide bunuh diri dengan gantung
diri setelah sadar akan apa yang telah ia lakukan pada putrinya.
Review
Buku ini saya beli di Gramedia
Surabaya, tepatnya di rak berlabel sastra. Saya penasaran saja dengan isi
kumcer terjemahan ini. Karya ini ditulis oleh Ryunosuke Akutagawa, seorang
penulis terkemuka di Jepang. Ia mendapat penghargaan literatur bergengsi di
negaranya. Tapi penulis ini meninggal bunuh diri pada tahun yang sama dengan
terbitnya buku Lukisan Neraka ini. Ini nih kalo kalian pengen tahu rupa si penulis. Lahir di Tokyo 1 Maret 1892 dan meninggal 24 Juli 1927.
Lukisan Neraka
Cerita yang menjadi judul buku,
kover dan sinopsisnya ini saya akui memberi kesan creepy (menakutkan) setelah membacanya. Akutagawa menyodorkan suatu
kegilaan dan kekelaman manusia dalam cerita ini. Karakter dalam tokohnya juga
kuat dan menampakkan ciri khas. Banyak juga istilah-istilah kerajaan, nama-nama
buku, raja, priyai kuno, dan hewan mitologi yang dipaparkan sehingga menambah
wawasan pembaca. Alur ceritanya sistematis dan pada bagian ending, menurut saya
tidak bisa ditebak. Cerpen ini berhasil membuat saya takjub an kagum. Tokoh
yang digunakan dalam cerpen ini adalah orang ke tiga pelaku utama. Sedangkan
tokoh “Aku” dalam cerita ini menjadi tokoh sampingan yang berperan sebagai
prajurit istana.
Roda bergerigi
Cerpen ini semacam kumpulan cerita pendek
dalam sebuah cerita pendek. Maksudnya, ada beberapa cerita pendek yang
merangkai cerita ini. “Roda Bergerigi” sendiri menceritakan tentang kehidupan
sorang penulis yang terkadang melihat bayangan roda bergerigi berputar di depan
matanya. Hal itu biasanya menjadi pertanda bahwa akan ada kematian. Dalam
perjalanannya ke sebuah hotel, tempat dia akan menulis, dia melihat bayangan
itu dan tidak lama kemudian suami kakaknya meninggal.
Menurut saya cerita ini semacam
semi-autobiografi dari penulis. Karena ada banyak kesamaaan aribut, seperti
pekerjaan atau ibu yang gila, yang ada di sini. Dalam cerita ini seolah penulis
memiliki masa hidup yang sangat suram. Dikit-dikit depresi, dikit-dikit muak dengan
kehidupan, dikit-dikit curiga, dan segala mindset buruk lainnya. Penulis kadang
menyebutkan aktivitas yang dilakukan dan benda-benda yang ada di sekitarnya
secara terperinci. Cerita ini ditulis pada tahun yang sama dengan waktu si
penulis bunuh diri.
Kehidupan Seorang Bebal
Ini merupakan sekumpulan flash fiction yang dikemas dalam satu
judul cerpen dengan beberapa sub judul, karena setiap cerita memiliki
karakteristik yang sama. Konsepnya lumayan menarik hanya saja ada beberapa
ceritanya yang bias. Seperti dia...perempuan itu.. Dia siapa? Perempuan siapa?
Saya siapa? Beberapa dari sub judulnya juga kadang tidak bisa dipahami
maksudnya. Cerpen ini juga ditulis di tahun yang sama dengan kematiannya.
Dewa Agni
Berbeda dengan cerita-cerita
sebelumnya, cerita ini bersifat fiksi. Alurnya cukup menegangkan, walau pada
endingnya terkesan flat dan biasa. Cerpen ini mengisahkan seorang nenek peramal dari India yang menculik seorang gadis Cina sebagai media komunikasinya dengan Dewa Agni.
Gerobak Dorong
Bercerita tentang seorang anak yang
pergi bermain dan terpaksa harus menempuh jarak yang sangat jauh agar dapat
kembali pulang. Peristiwa itu menggenang di otaknya dan terus ia ingat hingga
dewasa.
Melihat akhir cerita ini, saya
merasa ini semacam curahan hati penulis. Karena ada nuansa yang sama dalam
cerita ini dengan “Roda Bergerigi” dan “Kehidupan Seorang Bebal”.
Jeruk
Berbeda dengan cerita-cerita lainnya
yang agak gelap dan depresif. “Jeruk” menawarkan nuansa yang berbeda. Ada
pengharapan dan kebahagiaan di akhir ceritanya, alih-alih rasa sedih dan putus
asa.
Secara keseluruhan, ini buku yang
menarik. Terjemahannya juga enak dibaca walaupun sebagian bahasanya tinggi. Tapi
secara absolut bisa dipahami.
Buku yang menarik... Saya ingin berbagi wawancara dengan Katsushika Hokusai (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/wawancara-dengan-katsushika.html
BalasHapus