EVERLASTING WOMAN

   Julukan yang terpampang pada judul di atas mungkin sudah sering terngiang di telinga kita. Sosok yang amat luar biasa jasanya. Lebih dari sekedar teman, guru, bahkan pahlawan. Ya, beliau adalah sosok yang telah melahirkan kita ke dunia yang penuh warna atas izin Allah. Ibu, the everlasting woman (wanita sepanjang masa).

          
  Kita tentu masih hafal dengan nyanyian semasa kecil yang amat menyentuh tentang Ibu. “Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai Sang Surya menyinari dunia” Begitulah yang dulu sering kita nyayikan. Tapi sayang, seiring bertambahnya usia, lagu itu hanya dipandang sebelah mata dan para remaja lebih terlena pada musik-musik jahiliyah tak bermakna. Padahal, jika kita mau meresapi setiap lirik lagunya, mungkin air mata tak segan untuk menyapa pipi kita karena keteringatan kita pada sang Ibu.
            Begitu mulianya Ibu, hingga Allah meletakkan syurga di telapak kakinya. Mu’awiyah bin Jahimah pernah mendatangi Rasulullah dan bertanya:
“Ya Rasulullah, aku ingin ikut dalam peperangan, tapi sebelumnya aku minta pendapat anda”. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu masih punya Ibu?”. “Punya” jawabnya. Rasulullah berkata, “Jagalah beliau, karena sesungguhnya surge berada di bawah telapak kakinya.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad dan At-Thabrani. Sanad hadits ini banyak diterima oleh para ulama sebagai hadits yang hasan, bahkan Al-Hakim dan Adz-Dzahabi menyebutnya sebagai hadits shahih)
            Bagaimana tidak, Ibu adalah orang yang telah dipilih oleh Allah untuk menjadi media perantara lahirnya manusia ke dunia. Dengan berbagai proses yang terus bergolak di dalam perut Ibu, dari zigot, janin, hingga jabang bayi. Tidak ada Ibu yang memberontak karena diberikan tugas berat ini oleh Allah. Seorang Ibu selalu ikhlas, sabar dan kuat menampung beban dan merawat anaknya, saking cintanya sang Ibu. Meskipun sudah lansia dan tidak mampu beranjak, keinginan untuk merawat sang anak tetap menyala dalam hati seorang Ibu.
            Perempuan dari segi biologis memiliki potensi untuk mengandung dan menjaga janin sampai melahirkan dan kemudian memberikan asupan gizi kepada bayi setelah ia lahir. Ibu tidak hanya membesarkan fisik seorang bayi, tapi juga membentuk jiwa dan psikisnya. Kondisi dan perilaku Ibu sangat berpengaruh pada karakter anak di masa sekarang dan di masa depan.
            Allah SWT telah menanamkan sedikit pancaran sifat rahman dan rahim-Nya di dalam hati seorang Ibu. Dengan sepercik kasih sayang itulah berbagai keajaiban terjadi. Menurut para peneliti dari Rockefeller University di New York, nampaknya ada sebuah gen yang bertanggung jawab memotivasi para Ibu untuk melindungi, memberi makan, dan membesarkan bayi yang telah dikandungnya. Gen ini disebut gen Ibu atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan ER alpha atau estrogen receptor alpha.

Islam Memuliakan Ibu
            Islam sangat memuliakan seorang Ibu. Perhaikan firman Allah berikut:
            “Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
            Rasulullah SAW bersabda dalam suatu riwayat:
            “Sesungguhya Allah mewasiatkan (memerintahkan) kepadamu agar berbakti kepada ibumu, ibumu, ibumu. Kemudian kepada ayahmu, dan kemudian kepada kerabat yang paling dekat dan yang paling dekat.” (HR. Bukhari)
            Amat dilarang seseorang durhaka pada Ibunya. Rasulullah menegaskan dalam tentang hal ini:
        “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian berbuat durhaka kepada para Ibu...” (Mutafaq ‘Alaih)
            Coba kita renungkan. Dari semua pengorbanan yang telah Ibu lakukan, apa saja bentuk bakti yang telah kita torehkan padanya? Kapan terakhir kali kita berbuat dosa padanya, kapan terakhir kali kita membentaknya? Pantaskah kita membentak orang yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dengan segenap pedih yang dideritanya? Bahkan, seorang Ibu masih sanggup meredam sakitnya melahirkan demi kebahagiaan melihat buah hati kecilnya yang baru saja keluar dari rahimnya untuk melihat dunia.

Dahsyatnya doa Ibu
            Dikisahkan pada suatu hari, seorang pemuda mengemudikan mobilnya di jalan raya. Tiba-tiba sebuah truk besar berhenti mendadak di tengah jalan. Mobilnya tak mampu dikendalikan oleh si pemuda, dan akhirnya menabrak dan masuk ke bawah truk besar itu. Semua orang mengira bahwa pemuda tersebut telah meninggal dunia, karena tabrakan itu benar-benar menghancurkan mobil pemuda tersebut. Ternyata, secara mengejutkan, pemuda itu keluar dengan sendirinya dari mobil tanpa terluka sama sekali. Orang-orang takjub penuh heran melihat sebuah keajaiban yang telah terjadi tersebut. Merekapun menanyakan rahasia keanehan itu kepada pemuda tersebut, lalu iapun menjawab, “Aku sekarang ini hidup bersama Ibuku. Pernah suatu hari, Ibuku mendoakan kebaikan untukku dengan bengucapkan, ‘Ya Allah, jagalah anakku dari setiap bentuk keburukan.’ Inilah berkah doa Ibuku.”
         Subhanallah, begitu mustajabnya doa Ibu untuk sang anak. Harapan masa depan kita ada di setiap desah doa-doanya setiap malam dan setiap waktu. Dan doa Ibulah yang mampu menembus langit, sangat mustajab di hadapan Allah. Lalu, masihkah kita akan mengabaikan bakti kepadanya. Padahal, sebesar apapun bakti seseorang pada sang Ibu, tidak akan pernah mampu membalas budi atau membayar jasa kedua orang tuanya.
Imam Dzahabi dalam kitab Al-Kaba’ir, menyebutkan riwayat bahwa pada suatu hari Ibnu Umar melihat seseorang yang menggendong Ibunya sembari thawaf mengelilingi Ka’bah. Setelah selesai, orang tersebut bertanya pada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu, apakah aku sudah membalas kebaikan Ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan Ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasannya yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.”

Raih Ridha dengan Bakti
    Berbakti kepada orang tua, terutama Ibu hukumnya wajib, selama bukan dalam perkara yang mengandung unsur maksiat kepada Allah. Interaksi yang hangat juga dIbutuhkan untuk menjalin kedekatan dengan seorang Ibu. Sehingga, tidak hanya kita yang akan merasakan kasih sayang Ibu, namun Ibu juga akan merasakan kasih sayang dari buah hatinya. Dalam bentuk yang lebih konkret, dalam kehidupan sehari-hari, berbakti pada kedua orang tua terkhusus Ibu, dapat diimplementasikan dalam perilaku dan sikap sebagai berikut:
  1. Taat dalam perkara yang makruf, bukan yang mungkar. Dasar dari larangan patuh kepada manusia dalam perkara maksiat, meskipun orang tua sendiri, adalah sabda Nabi SAW:
“ Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah. Ketaatan itu hanya berlaku dalam perkara yang makruf.” (HR. Bukhari)
  1. Berbicara dengan penuh sopan santun/ adab, tidak membantah, tidak menghardik, serta berbicara kepada mereka dengan perkataan yang mulia
  2. Bersikap lemah lembut, tidak cemberut dan bermuka sinis. Selalu menyunggingkan senyum hangat di depan mereka
  3. Menjaga nama baik orang tua
  4. Mengerjakan hal-hal yang dapat meringankan beban orang tua, meskipun tanpa diperintah
  5. Bermusyawarah dengan mereka berkenaan dengan urusan dan kegiatan-kegiatan kita, serta memberi alasan dan argumen yang bijaksana jika terjadi perbedaan pendapat
  6. Jika tidak serumah dengannya, berusahalah untuk selalu menghubungi dan mengunjungi mereka, dan jika perlu membawakan hadiah yang menyenangkan hati mereka
  7. Memberikan pujian dan berterima kasih kepada mereka. Mencukupi keperluan mereka jika mampu, serta selalu berusaha membuat mereka senantiasa senang dan bahagia.
         Seperti itulah kira-kira hal baik yang dapat kita aplikasikan, dan masih banyak hal baik lainnya. Sebagai seorang anak, wajib kita berbakti kepada orang tua, terutama Ibu. Tidak ada alasan untuk tidak berbakti kepada mereka. Dan sebuah baktipun bukan hanya sekedar bentuk balas budi. Sungguh tak akan cukup beribu bakti kita untuk balas budi kepada orang tua. Apalagi mereka tak pernah mengharap balas budi dari kita. Maka berbaktilah, hari ini, esok, dan selamanya. (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU KUMPULAN CERPEN "BIBIR" KARYA KRISHNA MIHARDJA

WIRO SABLENG: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

MENYELAMI SASTRA KLASIK JEPANG LEWAT KUMPULAN CERPEN "LUKISAN NERAKA" KARYA RYUNOSUKE AKUTAGAWA